Kidung Rindu
Genre : Novel Islami
Penulis : Diva Ayu Fatimah
Penerbit : Harfeey
Tebal : 173 Hlm, A5
Harga : Rp41.000,-
Order : Judul_Jumlah_Alamat (WA/SMS 081904162092 atau BBM 7FA7F31F)
Sinopsis
Waktu adalah napas berdetakan detik. Ia senantiasa barputar maju. Waktu adalah rotasi siang dan malam. Waktu tak akan pernah menunggu atau bahkan kembali pada satu detik yang lalu.
Kidung rindu malam ini, membuat hatiku bergetar hebat. Air mataku mengalir tak terbendung bagaikan hujan di bulan Januari.
Ibu, aku merindukanmu....
***
Kupeluk tubuh Bapak sambil menyentuh tangannya. Kuciumi tangan Bapak yang kasar dan keriput. Batinku terasa sesak dihinggapi rasa bersalah atas keegoisanku selama ini yang telah memaksakan diri untuk kuliah. Sebenarnya, aku sama sekali tidak berniat menambah beban mereka. Namun, apa yang bisa aku lakukan? Ini keputusan dari Bapak menyetujuiku menjadi istri muda Tuan Cakur. Aku tidak berdaya untuk menolak.
Tiba-tiba aku merasa seperti ada paku berkarat tertancap di batok kepalaku. Tulang-tulangku terasa ngilu bagaikan dipukul dengan sebongkah palu. Dan, langit pun terasa runtuh menimpa, membuatku hampir tidak bisa bernapas. Aku merasa ada yang mencuri ruhku sesaat. Inilah diriku, bagaikan Siti Nurbaya di era globalisasi. Ketika dihadapkan dengan sebuah keputusan Bapak. Diriku dijadikan jaminan atas utang-utangnya yang membuat diriku tak berdaya. Semudah itukah rupiah memusnahkan cita-cita dan impianku? Akhh..., batinku memberontak. Rasanya aku ingin menjerit lepas.
Penulis : Diva Ayu Fatimah
Penerbit : Harfeey
Tebal : 173 Hlm, A5
Harga : Rp41.000,-
Order : Judul_Jumlah_Alamat (WA/SMS 081904162092 atau BBM 7FA7F31F)
Sinopsis
Waktu adalah napas berdetakan detik. Ia senantiasa barputar maju. Waktu adalah rotasi siang dan malam. Waktu tak akan pernah menunggu atau bahkan kembali pada satu detik yang lalu.
Kidung rindu malam ini, membuat hatiku bergetar hebat. Air mataku mengalir tak terbendung bagaikan hujan di bulan Januari.
Ibu, aku merindukanmu....
***
Kupeluk tubuh Bapak sambil menyentuh tangannya. Kuciumi tangan Bapak yang kasar dan keriput. Batinku terasa sesak dihinggapi rasa bersalah atas keegoisanku selama ini yang telah memaksakan diri untuk kuliah. Sebenarnya, aku sama sekali tidak berniat menambah beban mereka. Namun, apa yang bisa aku lakukan? Ini keputusan dari Bapak menyetujuiku menjadi istri muda Tuan Cakur. Aku tidak berdaya untuk menolak.
Tiba-tiba aku merasa seperti ada paku berkarat tertancap di batok kepalaku. Tulang-tulangku terasa ngilu bagaikan dipukul dengan sebongkah palu. Dan, langit pun terasa runtuh menimpa, membuatku hampir tidak bisa bernapas. Aku merasa ada yang mencuri ruhku sesaat. Inilah diriku, bagaikan Siti Nurbaya di era globalisasi. Ketika dihadapkan dengan sebuah keputusan Bapak. Diriku dijadikan jaminan atas utang-utangnya yang membuat diriku tak berdaya. Semudah itukah rupiah memusnahkan cita-cita dan impianku? Akhh..., batinku memberontak. Rasanya aku ingin menjerit lepas.
