Dimensi Religiusitas Fiksi Indonesia Modern

Genre : Nonfiksi
Penulis : Budiyono, M.Pd
Editor & Layout : Boneka Lilin
Design Cover : Mochamad Haririe
Penerbit : Harfeey
ISBN : 978-602-1200-03-2
Tebal : 236 Hlm, 14, 8 x 21 cm (A5)
Harga : Rp50.000,-
CP Order : 081904162092

Sinopsis

Perkembangan fiksi Indonesia modern akhir-akhir ini banyak bermunculan novel berlabel Islam. Walaupun novel Islam dalam khasanah sastra Indonesia belum diakui keberadaannya secara universal, dan masih dalam polemik yang diperdebatkan, tetapi eksistensinya ada dan telah menjadi genre sastra tersendiri.

Sastra Islam berdimensi religius telah memberikan sumbangan yang besar terhadap kebudayaan dan peradaban umat manusia dan/atau karakter bangsa. Oleh sebab itu diperlukan perhatian dan apresiasi terhadap sastra Islam secara proporsional. Sastra Islam sebagai karya imajinatif tidak lepas dari realitas. Berbagai hal yang terjadi pada suatu waktu, baik positif maupun negatif, direspon oleh pengarang secara kritis, kemudian diungkapkannya ke dalam bentuk karya imajinatif. Pertama-tama, Islam datang bukan untuk membawa konsep kesenian (sastra), melainkan menjadi bagian dari akhlak, yang sudah ditentukan norma agama. Kreativitas tidak dapat dibatasi, selain oleh hati nurani manusia (religiusitas).

Novel Sang Pencerah karya Akmal Nasery Basral merupakan novel Islami berdimensi religius dengan gerakan pemurnian ajaran Islam, sebagai agama rahmatan lil alamin dan upaya pendirian organisasi Muhammadiyah. Hakikat agama (Islam) adalah pengamalan, tidak hanya berupa ritual peribadahan saja, tetapi harus diwujudkan dalam perbuatan yang bermakna bagi kehidupan segala umat manusia dan semesta, seperti; pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Mosaik kehidupan seratus tahun yang lalu itu dikisahkan dengan bahasa yang sederhana namun estetis dan menggugah emosi pembaca. Inilah dimensi religiusitas novel Sang Pencerah yang dapat berkontribusi terhadap pendidikan karakter bangsa yang masih terpuruk dalam berbagai tindak amoral. Makna itu dapat dipahami secara interteks dengan Al-Quran dan Al-Hadits sebagai hipogramnya.

Buku ini diharapkan dapat menjembatani antara pikiran, perasaan pengarang dan pembaca dalam menikmati dan memaknai karya novel, dan dapat mendorong terciptanya budaya intelektual, budaya membaca, sehingga tumbuh apresiasi sastra di kalangan masyarakat umumnya dengan baik.

Postingan populer dari blog ini

Run

Kisah Lembah Hijau #3

Airmata di Lawang Sewu